"welcome to our page // fee free to publish all the knowledge u get, but put the reference"

18.2.09

GOOD BYE MY BROTHER IN FAITH

innalillahi wa inna ilaihi rajiun,,

Said Taufiqurrahman bin Said Mahmud


---
you are my friend,,there are not special moment in our life in friendship,,we had rarely days to visit each others,, but there was the beatiful chance to be with u in friendship..
may Allah bless us and give u a wonderful place there,,amien,,hopefully we'll meet again in one day, in a joyful place, in a beautiful moment,, full of peace from God... aamien



me, abDUL

13.2.09

euREKa

euREka..
aha..
binggo..
yESs..
yihAa..
cihuii..
siip deh..
alhamdulillah,, all in hand

(hi..hi..hi.. baru dapet kakap toh mas??)

FRIDaY, 13th,02,09

kembali..dengarlah, si pembawa kisah bercerita..
begini..

memulai aku kisah pagi di hari jumat ketigabelas februari..

aura pagi, semangat pagi, amygdala terhubung kembali di celah2 elektris kimia otakku..
aku mulai memotivasi dan memacu semangat pagi,, SEMANGAT PAGI!!

semua bermula, itulah kisahku,, bermula dari nuun, alif, titik, dan noktah bervolume nol dgn kepadatan maha dahsyat sbg awal penciptaan alam smesta,,
pagi, aku tak bs b'crita lg

9.2.09

Laporan MP - tugas Final


LAPORAN HASIL PENELITIAN
(28 Desember 2008)


1. TPA Kampung Jawa
TPA Kampung Jawa adalah sebuah nama tempat yang berlokasi di daerah Kampung Jawa Banda Aceh. Dinamakan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena memang disanalah tempat pembuangan seluruh sampah organik maupun nonorganik yang berasal dari limbah rumah tangga, perkantoran, pasar, bahkan limbah dari pabrik yang ada di Kota Banda Aceh.
TPA Kampung Jawa terletak di areal yang luas di ujung kelurahan Kampung Jawa Banda Aceh. Dengan mengendarai sepeda motor dari pusat kota Banda Aceh ke lokasi TPA menghabiskan waktu sekitar 10 menit.
Keadaan alam menuju ke lokasi TPA masih menampakkan ciri-ciri alami dari pedesaan pinggiran kota. Kondisi jalan yang belum sepenuhnya diaspal membuat debu dan batu menghiasi atmosfer jalan menuju ke lokasi.
Kehidupan sosial masyarakat yang dapat dilihat disana tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain di Kota Banda Aceh, namun yang membuat ciri sebagai tempat pembuangan akhir semakin terlihat adalah banyaknya perumahan kumuh tempat pengolahan sampah-sampah hasil pilihan dari para pemulung yang kemudian diolah menjadi barang-barang yang dapat dipergunakan maupun dijual kembali.
Lahan dengan luas sekitar 3 hektar ini merupakan satu-satunya tempat pembuangan sampah akhir di Kota Banda Aceh. Pembangunan fisik TPA Kampung Jawa ini didanai oleh BRR Nad-Nias sebagai suatu badan Pemerintah dalam pembangunan kembali sarana fisik maupun non fisik pasca tsunami tahun 2004. Disana masih terlihat para pekerja yang menggali beberapa bak penyerapan sampah dengan menggunakan alat-alat pengeruk tanah dan mobil pengangkut tanah. Ciri moderen dengan mengutamakan sanitasi terhadap lingkungan tampak pada TPA Kampung Jawa ini.

2. Kehidupan di TPA Kampung Jawa
Sebagaimana yang telah digambarkan di atas, bahwa TPA Kampung Jawa adalah sebuah lokasi di pinggiran kota Banda Aceh yang ditujukan sebagai tempat pembuangan seluruh limbah kota, maka layaknya sebuah tempat pengumpulan sampah lainnya disana juga terdapat aktifitas pemulung dan pekerja dari Dinas Kebersihan Kota.
Pemulung yang bekerja mengais sampah ternyata tidak hanya berasal dari Aceh saja, namun ada beberapa diantara mereka yang berasal dari luar Aceh, seperti Medan, Jawa, Batam, dan sebagainya. Jumlah pemulung di TPA Kampung Jawa tidak sebanyak yang dibayangkan seperti yang ada di televisi, tetapi mereka berjumlah sekitar 20 atau 30 orang saja. Mereka adalah orang-orang yang tidak kenal lelah dan mengenal kata malu dalam mencari rezeki yang halal.
Penghasilan yang relatif rendah berkisar antara Rp. 20.000 sampai Rp. 35.000 perhari bagi mereka cukup untuk membiayai kehidupan mereka, bahkan ada yang mengaku bahwa dengan penghasilan dari memungut sampah, mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka hingga ke perguruan tinggi.
Penyakit yang potensial terjadi seakan tidak menjadikan hambatan bagi mereka dalam mencari penghidupan disana. Dari hasil wawancara dengan salah seorang pemulung, Agus, dia mengatakan bahwa sakit yang kerap diderita oleh mereka disana adalah batuk dan muntah darah. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, hanya menahan saja dan pulang kerumah apabila sudah tidak tertahankan lagi.
Tempat tinggal mereka pun beragam, ada yang tinggal di tempat pengolahan sampah plastik yang ada di sekitar TPA, dan ada juga yang tinggal kontrakan bahkan ada yang masih menumpang pada kerabat ataupun teman mereka.
Pemulung yang ada di TPA Kampung Jawa adalah mereka yang memang datang kesana secara suka rela untuk mencari sampah-sampah yang mungkin dapat dijual kembali maupun diolah menjadi sesuatu yang dapat dijual.
Petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Banda Aceh yang bekerja disana mengatakan bahwa rutinitas kerja di TPA Kampung Jawa berupa aktifitas kerja mereka selaku petugas daerah dan aktifitas para pemulung sebagai pekerja lepas mandiri.
Petugas dari DKP bekerja dengan sistem shift (bagi waktu), dimana dalam satu hari bertugas dua orang selama 8 jam. Pekerjaan harian dimulai dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 10.00 malam. Mereka bertugas mengumpulkan sampah dan menimbunnya menjadi suatu gundukan yang besar, kemudian air resapan dari gundukan itu diolah menjadi pupuk yang dapat digunakan kembali.
Jumlah pekerja dari DKP yang bertugas di TPA Kampung Jawa berjumlah 16 orang. Bang Adi yang menjadi subjek interview pada hari itu mengatakan bahwa lokasi ini masih dalam tahapan pengerjaan yang didanai oleh BRR NAD-Nias, proyek penggalian kolam resapan dengan menyewa alat-alat berat pengeruk tanah, perata tanah serta mobil pengangkut tanah dari kontraktor dengan sistem rental sebesar Rp. 195.000 per jam. Sementara itu Nazar –rekan kerja Adi- mengatakan bahwa dia telah bekerja dengan proyek pembangunan ini selama 3 bulan, dan dia melihat banyak perubahan yang berarti dalam 3 bulan dia bekerja sebagai petugas di lokasi tersebut. “Dengan penghasilan Rp. 2 juta perbulan, mereka dapat membiayai kebutuhan hidup sebagai karyawan DKP Kota Banda Aceh” –tambah Nazar. (abdul)